Wednesday 13 January 2010

Purwonegoro Sentra Kerajinan Bambu

Tekad Pemkab Banjarnegara untuk mengentaskan diri dari predikat daerah miskin mesti didukung oleh semua pihak. Mengingat memajukan daerah memerlukan upaya yang konsisten, bertahap, dan berkelanjutan, pemerintah bersama masyarakat perlu melakukan berbagai terobosan. Salah satu caranya, mengoptimalkan potensi yang ada untuk diolah menjadi produk yang lebih ekonomis.
Potensi adalah berbagai bentuk kekayaan, baik berupa benda, kebudayaan maupun sumber daya manusia, yang memungkinkan dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat. Merujuk pada pengertian tersebut, maka potensi dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yakni kekayaan alam, kekayaan kebudayaan, dan sumber daya manusia.
Kekayaan alam Indonesia, tak terkecuali di Banjarnegara, diakui melimpah. Hampir di setiap wilayah tersimpan sumber daya alam yang khas di setiap wilayah. Jika di kecamatan Batur terdapat uap panas, maka di Purwonegoro terdapat pusat kerajinan bambu.
Melimpahnya bahan baku bambu di Banjarnegara membuat perajin bambu tak pernah kehabisan bahan baku. Hampir seluruh wilayah di Banjarnegara memiliki bambu. Oleh kebanyakan angota masyarakat bambu hanya dimanfaatkan untuk membuat kerangka rumah, usuk, atau reng. Namun warga Purwonegoro mengolah bambu menjadi berbagai bentuk benda kerajinan.
Berbagai bentuk kerajinan dari bahan bambu diolah oleh tangan-tangan terampil yang kebanyakan terdiri dari kaum ibu dan remaja putri. Produk kerajinan yang paling banyak dipasarkan adalah alat-alat dapur. Di samping itu ada berbagai kerajinan, seperti caping, langit-langit, hiasan dinding, dan gantungan lampu hias.
Industri kerajinan bambu di Purwonegoro sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Hal itu ditandai dengan dibukanya pasar bambu di sekitar pasar Purwonegoro, sekitar 10 kilometer arah barat dari kota Banjarnegara. Pasar ini difungsikan sebagai pusat penjualan bambu dan hasil olahannya.
Selama ini kerajinan mengolah bambu masih dikelola oleh rumah tangga dan hanya dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Warga melakukan pekerjaan ini di sela-sela kesibukannya bertani. Hasil kerajinan dijual kepada pengepul atau dipasarkan langsung di pasar-pasar tradisional.
Di samping bahan baku yang melimpah, produk dari bambu memiliki beberapa keunggulan. Selain dapat dikreasikan menjadi berbagai benda tepat guna, bambu dapat diolah menjadi hiasan rumah. Beberapa hiasan seperti langit-langit anyaman, kaligrafi, hiasan lampu dapat diciptakan hanya dengan bambu.
Meski pengrajin di Purwonegoro cukup produktif, ada berbagai kendala yang menghambat perkembangan usaha mereka. Salah satu kesulitan yang mereka temui adalah pemasaran. Selama ini produk kerajinan masih dipasarkan langsung kepada konsumen sehingga kuota produksi tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Pemasaran yang hanya dilakukan secara langsung membuat varian produk tidak berkembang. Karena konsumen adalah ibu rumah tangga, jenis produk yang berkembang hanya peralatan dapur. Padahal bambu dapat diolah menjadi berbagai varian, seperti mebel, hiasan, dan benda seni lain.
Kendala lainnya, sesama perajin masih sering berebut pasar. Kurangnya koordinasi antar pengrajin membuat mereka saling mendahului jika menemukan pasar yang dianggap potensial. Akibatnya terjadi persaingan antar pengrajin sendiri.
Kendala tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan membentuk kelompok usaha atau koperasi. Dengan kelompok usaha, pengrajin diharapkan memperoleh kemudahan memasarkan produk olahannya.

Pameran
Minimnya ruang promosi bagi pengrajin bambu juga menjadi kendala usaha mereka. Selama ini promosi hanya dilakukan melalui pasar-pasar tradisional. Ketika pameran kerajinan digelar di alun-alun Banjarnegara beberapa tahun lalu tidak banyak pengrajin yang berpartisipasi. Hanya seorang pengusaha produk bambu yang memamerkan produknya berupa rangka rumah dan mebel berbahan bambu.
Kendala inilah yang menuntut pemerintah daerah getol berpromosi. Tidak hanya dengan menyelenggarakan pameran, promosi bisa dilakukan dengan membuka counter produk kerajinan bambu di berbagai kota. Counter ini berfungsi sebagai ruang pamer sekaligus kantor pemasaran agar kerajinan bambu dapat dipasarkan ke seluruh Indonesia.
Kesempatan membuka ruang pamer sekaligus kantor pemasaran di luar kota masih sangat terbuka mengingat produk-produk kerajinan berbahan bambu belum banyak tersebar. Selain berfungsi sebagai ruang pamer, counter ini bertugas memperlebar jaringan penjualan dengan menjajaki peluang pasar baru baik melalui toko mebel atau distributor.
Media lainnnya adalah internet. Pengrajin dapat memajang produknya di internet agar dapat diakses masyarakat lebih luas. Karena tidak setiap pengrajin dapat berpromosi melalui internet, sekali lagi pemerintah yang harus memfasilitasinya, termasuk dengan memperikan space pada website pemerintah daerah.
Website pemerintah kabupten Banjarnegara di www.banjarnegarakab.go.id selama ini hanya diisi dengan berita-berita humas dan garis besar potensi wilayah. Alangkah lebih baik jika situs yang telah memiliki brand itu juga digunakan sebagai etalase bagi produk kerajinan. Bahkan website itu perlu dilengkapi dengan fasilitas pemesanan agar tamu dapat memesan produk secara online.
Jika promosi ini dapat berjalan dengan baik, kendala pasar yang selama ini mengungkung kerajinan bambu akan dapat diatasi. Terlebih jika produk bambu Purwonegoro mampu menembus pasar internasional, kuota produksi akan terus bertambah. Bukan hal yang mustahil jika pengrajin bambu dapat hidup makmur hanya dengan bambu.

Surahmat
Pegiat Komunitas Nawaksara di Banjarnegara

No comments:

Post a Comment